Industrial Engineering - Bachelor
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Industrial Engineering - Bachelor by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 420
Results Per Page
Sort Options
- ItemPembangunan Sistem Informasi Akademik Dengan Menggunakan Borland Delphi (Studi Kasus Jurusan Teknik Industri Universitas Widyatama)(Universitas Widyatama, 2004-12) Arief, Andi RustanulSistem Informasi Akademik yang dibangun merupakan sistem informasi untuk menangani pengelolaan dan penyajian data-data akademik yang dibutuhkan oleh mahasiswa dan pengguna yang membutuhkan data dan informasi yang disediakan oleh sistem. Sistem Informasi Akademik ini dibangun untuk mengelola dan menyajikan data-data akademik dengan mudah. Untuk mendukung hal ini maka digunakan teknologi pemrograman dan database sebagai media penyimpanan yang diyakini sampai saat ini masih sangat berguna dan membantu dalam menklasifikasikan data dan informasi. Bahasa pemrograman Delphi sebagai bahasa pemrograman yang menawarkan kemudahan akses bagi pemakainya memanfaatkan jaringan komputer sebagai perantaranya sehingga memiliki banyak keuntungan, diantaranya adalah kemudahan akses. Tetapi hal yang sangat riskan pada pendistribusian aplikasi di jaringan komputer adalah keamanan. Untuk mengatasi hal ini maka digunakan sistem database yang memiliki tingkat keamanan yang cukup dalam tingkat data tertentu. Metode yang digunakan untuk analisis dan perancangan sistem adalah metode Data Flow Oriented dengan memakai tool Data Flow Diagram (DFD). Perancangan basis data menggunakan model relasi dengan memanfaatkan tool Entity Relationshop Diagram (ER Diagram) dan sistem diimplementasikan dengan menggunakan metode pembangunan Sistem Development Life Cycle (SDLC)
- ItemAnalisis Kelayakan Pengembangan Bisnis Warung Internet (Warnet) (Studi Kasus Di Blastnet Bandung)(Universitas Widyatama, 2005) Cahyono, Damar EkoBLASTNET merupakan salah satu penyedia jasa internet yang berada di kota Bandung. Karena bisnis warnet untuk saat ini dirasa masih menguntukkan. BLASTNET akan melakukan pengembangan usaha. Yaitu antara pengembangan kapasitas ditempat yang sama atau pembukaan cabang baru. Untuk pembukaan cabang baru diprioritaskan untuk daerah Setiabuti, Ciumbuleuit, Tamansari, dan daerah PHH Mustafa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bisnis warnet dalam lima tahun kedepan. Serta untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi bisnis warnet. Faktor-faktor tersebut meliputi biaya yang harus di investasikan, kedala yang akan dihadapi, lokasi, dan market potensial yang berada di kota Bandung. BLASTNET salah satu penyedia jasa internet akan memperluas usaha dengan melakukan investasi lagi. Yaitu dengan membuka cabang baru atau dengan pengembangan kapasitas. Untuk menganalisis kelayakan suatu bisnis seperti warnet ataupun bisnis lain, harus mempertimbangkan berbagai aspek. Aspek yang paling sering digunakan untuk menganalisis atau melihat layak atau tidaknya suatu bisnis atau usaha adalah aspek finansial. Dari aspek finansial dapat diketahui internal rate of return (IRR), net present value (NPV), dan masa balik modal atau payback period. Dengan ketiga alat untuk penilaian investasi dapat diketahui layak atau tidaknya suatu bisnis atau usaha dijalankan. Dalam hal ini penelitian difokuskan pada pemilihan alternatif yang akan diusulkan untuk perusahaan, yaitu antara pembukaan cabang baru atau pengembangan kapasitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan kapasitas merupakan investasi dengan prediksi yang paling baik, yaitu dengan nilai IRR sebesar 37,91%. Hasil perhitungan IRR masih lebih besar daripada MARR yang diasumsikan sebesar 20%. Nilai NPV sebesar Rp 160,573,635.85, serta masa balik modal atau payback period selama satu tahun 4 bulan. Hal itu merupakan prospek bisnis yang sangat menjanjikan untuk saat ini dan untuk masa lima sampai seputuh tahun yang akan datang dirasa masih menjanjikan juga.
- ItemAnalisis Kualitas Jasa Layanan Pencucian Mobil Dengan Menggunakan Metode Servqual Di Orlen Automatic Car Wash Bandung(Universitas Widyatama, 2005) MarfidiansyaDalam penelitian ini, permasalahan yang dibahas adalah mengevaluasi kualitas pelayanan yang telah diberikan OACW Bandung kepada pelanggannya, yaitu dengan cara mengukur GAP antara ekspektasi dan persepsi pelanggan atas pelayanan yang diberikan OACW Bandung. Untuk lebih mempermudah penelitian dalam melakukan pengukuran, penelitian menggunakan metode Servqual (Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy) yang diimplementasikan dalam beberapa pernyataan (kuesioner) mengenai ekspektasi dan persepsi pelanggan. Dan untuk menguji keandalan data yang diperoleh dilakukan uji validitas dan reabilitas, setelah dilakukan uji tersebut dilakukan analisis faktor yang fungsinya untuk menjamin bahwa item-item pertanyaan dalam kuesioner dapat merepresentasikan dengan baik variabel-variabel laten (Servqual) yang diselidiki. Dari hasil analisis ini dapat diketahui pula variabel-variabel manifes (pernyatan-pernyataan di dalam kuesioner) apa saja yang membuat variabel laten (Dilton, 1984). Perhitungan dalam pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Software SPSS 12.0 for Windows dan Ms. Excell yang menghasilkan nilai Servqual sebesar 0.287 yang juga bernilai positif (Good) sehingga dari nilai terebut menunjukkan dan disimpulkan bahwa pelanggan merasa puas atas pelayanan yang telah diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan secara rata-rata. Untuk hasil perhitungan dalam Dimensi Servqual yaitu : untuk dimensi Tanggibles sebesar 0.612 yang berarti Good Service, untuk dimensi Reliability sebesar -0.602 yang berarti Bad Service, untuk dimensi Responsiveness sebesar 0.125 yang berarti Good Service, untuk dimensi Assurance sebesar 0.235 yang berarti Good Service, dan untuk dimensi Empathy sebesar -0.083 yang berarti Bad Service. Informasi mengenai data mutu pelayanan OACW Bandung pada saat ini dinilai sudah cukup baik menurut pelanggan karena nilai persentasi mutu pelayanan OACW Bandung pada saat ini sebesar 60% (yang menyatakan Good Services) dan 40% (menyatakan Bad Services). Artinya, Mutu pelayanan OACW Bandung berdasarkan dimensi Servqual adalah sudah cukup baik, tetapi pelayanan harus ditingkatkan lagi karena 40% menyatakan pelayanan pada saat ini belum memuaskan pelanggan. Angka 40% ini cukup besar dan berpengaruh negatif atas pelayanan yang telah diberikan perusahaan sehingga harus cepat dilakukan perbaikanperbaikan pelayanan untuk menekan atau memperkecil angka persentasi ketidakpuasan pelanggan tersebut.
- ItemModel Konseptual Perencanaan dan Pengendalian Sistem Penyimpanan Produk Komoditi Teh dengan Menitikberatkan pada Keseimbangan Proses Aliran Barang di Gudang ( Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara VIII Sedep Pangalengan )(Universitas Widyatama, 2005) Tresnahadi, R.TedieSupply Chain Manajemen (SCM) adalah proses penggabungan proses – proses bisnis yang terjadi mulai dari end user sampai dengan supplier yang menyediakan produk, layanan dan informasi yang memberikan nilai tambah buat pelanggan dan semua orang yang terkait dengan bisnis yang dijalankan. Manajemen logistik merupakan aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan lokasi, fasilitas, transportasi, penyimpanan, komunikasi, pengurusan, dan pergudangan. Supply Chain Logistics adalah proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang dari para supplier, diantara fasilitas - fasilitas perusahaan dan kepada para pelanggan untuk mencapai integrasi yang berimbang dan memiliki nilai tambah (value added) dari seluruh komponen sistem logistik. Penyimpanan memiliki peran yang penting dalam supply chain management/logistics, diantaranya adalah sebagai pemberi value added, menjaga kestabilan proses – proses bisnis yang terkait sehingga tidak terjadi lost sales. Secara umum permasalahan yang terjadi dalam sistem penyimpanan untuk komoditi teh terutama di PT Perkebunan Nusantara VIII Sedep Pangalengan adalah perencanaan dan pengendalian. Hal tersebut dikarenakan terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah pasokan yang masuk ke penyimpanan dengan jumlah pengeluaran, dimana jumlah pasokan teh (hasil petik) dan proses produksi berlangsung terus – menerus sedangkan jumlah permintaan berfluktuatif. Akibatnya adalah kurang lancarnya proses aliran barang di penyimpanan dan terjadinya penumpukan di penyimpanan. Akibat lanjut terjadinya penumpukan di penyimpanan adalah meningkatnya biaya penyimpanan. Berdasarkan kondisi di atas, penulis mencoba untuk mengembangkan suatu model konseptual perencanaan dan pengendalian terhadap sistem penyimpanan untuk setiap proses yang terjadi dalam sistem penyimpanan yaitu proses barang masuk, pengemasan, penyimpanan dan barang keluar baik itu dari menambah proses bisnis yang baru ataupun mengurangi. Proses – proses yang terdapat dalam model konseptual perencanaan dan pengendalian yang dikembangkan oleh penulis diharapkan dapat minimal memperlancar proses aliran barang yang terdapat di penyimpanan akan tetapi hal tersebut harus didukung dengan pelaksanaan setiap proses bisnis yang terdapat dalam model dengan baik.
- ItemAnalisis Pengelolaan Produk (Obat) Retur Dengan Pendekatan Minimasi Total Biaya(Universitas Widyatama, 2005) Aryawan, Dewa Gede Oka Wahyudi PutraBarang retur yang terjadi di P.T. TROPICA MAS PHARMACEUTICALS merupakan suatu masalah yang dihadapi perusahaan, dimana barang-barang retur yang dikembalikan oleh pihak distributor atau konsumen kepada perusahaan dinilai tinggi. Penelitian ini mengkaji masalah tentang bagaimana pengelolaan barang retur yang disebabkan oleh kerusakan produk, kadaluarsa, kesalahan pengiriman, trade-ins, dan alasan-alasan lainnya. Hal ini dilakukan untuk menekan dan mengurangi biaya barang retur yang dikembalikan oleh distributor atau konsumen sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan seminimal mungkin dan dapat digunakan oleh perusahaan di masa mendatang atau dialihkan ke bagian lain. Hasil penelitian menunjukan bahwa biaya retur dibandingkan dengan standar biaya retur barang yang diijinkan perusahaan, perusahaan mengeluarkan kebijakan bahwa biaya retur kurang dari 2% dari total penjualan pertahunnya. Perhitungan 2% dari total penjualan dalam 1 (satu) tahun yaitu sebesar Rp 4.280.677.991,- x 2% = Rp 85.613.560,-. Dilihat dari kebijakan perusahaan bahwa nilai barang retur sebesar Rp 76.059.250,- terpenuhi oleh kebijakan perusahan karena kurang dari 2% biaya retur barang. Sedangkan total penanganan biaya retur dalam 1 tahun sebesar Rp 109.817.775,- ditambahkan dengan nilai barang retur sebesar Rp 76.059.250,- merupakan total biaya retur dalam 1 tahun yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 185.877.025,-. Ditinjau dari kebijakan perusahan yang menerangkan bahwa biaya retur sebesar 2% dari total penjualan dalam 1 tahun tidak mencukupi biaya retur sebenarnya. Perhitungaan saat ini yang dilakukan perusahaan dalam menangani biaya barang retur kurang dari 2%, dikarenakan biaya penanganannya tidak dicantumkan. Akan tetapi dimasukkan kedalam beban operasional perusahaan seharusnya biaya barang retur ini masuk kedalam beban retur. Pada perhitungan penelitian dihasilkan bahwa penanganan barang retur lebih dari 2% karena biaya penanganan barang retur dimasukkan kedalam perhitungan dan merupakan beban retur. Memperhatikan tahapan proses penanganan barang retur, maka upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan antara lain: meminimasi ongkos barang retur, mengatur pergerakan barang untuk mereduksi biaya retur, menerapkan sistem transportasi yang inovatif, pemilihan alat angkut, meningkatkan pengiriman atau meningkatkan persediaan barang jadi di gudang, mengubah konfigurasi pusat distribusi, mengubah kemasan dan menentukan sistem proses penanganan yang lebih baik. Diyakini melalui upaya-upaya tersebut dapat berupa berdampak pada penurunan biaya penanganan barang retur.
- ItemAnalisis Kelayakan Pengembangan Bisnis Warung Internet (Warnet) (Studi Kasus Di Blastnet Bandung)(Universitas Widyatama, 2005) Cahyono, Damar EkoBLASTNET merupakan salah satu penyedia jasa internet yang berada di kota Bandung. Karena bisnis warnet untuk saat ini dirasa masih menguntukkan. BLASTNET akan melakukan pengembangan usaha. Yaitu antara pengembangan kapasitas ditempat yang sama atau pembukaan cabang baru. Untuk pembukaan cabang baru diprioritaskan untuk daerah Setiabuti, Ciumbuleuit, Tamansari, dan daerah PHH Mustafa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bisnis warnet dalam lima tahun kedepan. Serta untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi bisnis warnet. Faktor-faktor tersebut meliputi biaya yang harus di investasikan, kedala yang akan dihadapi, lokasi, dan market potensial yang berada di kota Bandung. BLASTNET salah satu penyedia jasa internet akan memperluas usaha dengan melakukan investasi lagi. Yaitu dengan membuka cabang baru atau dengan pengembangan kapasitas. Untuk menganalisis kelayakan suatu bisnis seperti warnet ataupun bisnis lain, harus mempertimbangkan berbagai aspek. Aspek yang paling sering digunakan untuk menganalisis atau melihat layak atau tidaknya suatu bisnis atau usaha adalah aspek finansial. Dari aspek finansial dapat diketahui internal rate of return (IRR), net present value (NPV), dan masa balik modal atau payback period. Dengan ketiga alat untuk penilaian investasi dapat diketahui layak atau tidaknya suatu bisnis atau usaha dijalankan. Dalam hal ini penelitian difokuskan pada pemilihan alternatif yang akan diusulkan untuk perusahaan, yaitu antara pembukaan cabang baru atau pengembangan kapasitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan kapasitas merupakan investasi dengan prediksi yang paling baik, yaitu dengan nilai IRR sebesar 37,91%. Hasil perhitungan IRR masih lebih besar daripada MARR yang diasumsikan sebesar 20%. Nilai NPV sebesar Rp 160,573,635.85, serta masa balik modal atau payback period selama satu tahun 4 bulan. Hal itu merupakan prospek bisnis yang sangat menjanjikan untuk saat ini dan untuk masa lima sampai seputuh tahun yang akan datang dirasa masih menjanjikan juga.
- ItemAnalisis Kualitas Jasa Layanan Pencucian Mobil Dengan Menggunakan Metode Servqual di Orlen Automatic Car Wash Bandung(Universitas Widyatama, 2005-10) MarfidiansyaDalam penelitian ini, permasalahan yang dibahas adalah mengevaluasi kualitas pelayanan yang telah diberikan OACW Bandung kepada pelanggannya, yaitu dengan cara mengukur GAP antara ekspektasi dan persepsi pelanggan atas pelayanan yang diberikan OACW Bandung. Untuk lebih mempermudah penelitian dalam melakukan pengukuran, penelitian menggunakan metode Servqual (Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy) yang diimplementasikan dalam beberapa pernyataan (kuesioner) mengenai ekspektasi dan persepsi pelanggan. Dan untuk menguji keandalan data yang diperoleh dilakukan uji validitas dan reabilitas, setelah dilakukan uji tersebut dilakukan analisis faktor yang fungsinya untuk menjamin bahwa item-item pertanyaan dalam kuesioner dapat merepresentasikan dengan baik variabel-variabel laten (Servqual) yang diselidiki. Dari hasil analisis ini dapat diketahui pula variabel-variabel manifes (pernyatan-pernyataan di dalam kuesioner) apa saja yang membuat variabel laten (Dilton, 1984). Perhitungan dalam pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Software SPSS 12.0 for Windows dan Ms. Excell yang menghasilkan nilai Servqual sebesar 0.287 yang juga bernilai positif (Good) sehingga dari nilai terebut menunjukkan dan disimpulkan bahwa pelanggan merasa puas atas pelayanan yang telah diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan secara rata-rata. Untuk hasil perhitungan dalam Dimensi Servqual yaitu : untuk dimensi Tanggibles sebesar 0.612 yang berarti Good Service, untuk dimensi Reliability sebesar -0.602 yang berarti Bad Service, untuk dimensi Responsiveness sebesar 0.125 yang berarti Good Service, untuk dimensi Assurance sebesar 0.235 yang berarti Good Service, dan untuk dimensi Empathy sebesar -0.083 yang berarti Bad Service. Informasi mengenai data mutu pelayanan OACW Bandung pada saat ini dinilai sudah cukup baik menurut pelanggan karena nilai persentasi mutu pelayanan OACW Bandung pada saat ini sebesar 60% (yang menyatakan Good Services) dan 40% (menyatakan Bad Services). Artinya, Mutu pelayanan OACW Bandung berdasarkan dimensi Servqual adalah sudah cukup baik, tetapi pelayanan harus ditingkatkan lagi karena 40% menyatakan pelayanan pada saat ini belum memuaskan pelanggan. Angka 40% ini cukup besar dan berpengaruh negatif atas pelayanan yang telah diberikan perusahaan sehingga harus cepat dilakukan perbaikan-perbaikan pelayanan untuk menekan atau memperkecil angka persentasi ketidakpuasan pelanggan tersebut.
- ItemAnalisis Pengelolaan Produk (Obat) Retur Dengan Pendekatan Minimasi Total Biaya (Studi Kasus Di PT Tropica Mas Pharmaceuticals)(Universitas Widyatama, 2005-11) Aryawan, Dewa Gede OWPBarang retur yang terjadi di P.T. TROPICA MAS PHARMACEUTICALS merupakan suatu masalah yang dihadapi perusahaan, dimana barang-barang retur yang dikembalikan oleh pihak distributor atau konsumen kepada perusahaan dinilai tinggi. Penelitian ini mengkaji masalah tentang bagaimana pengelolaan barang retur yang disebabkan oleh kerusakan produk, kadaluarsa, kesalahan pengiriman, trade-ins, dan alasan-alasan lainnya. Hal ini dilakukan untuk menekan dan mengurangi biaya barang retur yang dikembalikan oleh distributor atau konsumen sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan seminimal mungkin dan dapat digunakan oleh perusahaan di masa mendatang atau dialihkan ke bagian lain. Hasil penelitian menunjukan bahwa biaya retur dibandingkan dengan standar biaya retur barang yang diijinkan perusahaan, perusahaan mengeluarkan kebijakan bahwa biaya retur kurang dari 2% dari total penjualan pertahunnya. Perhitungan 2% dari total penjualan dalam 1 (satu) tahun yaitu sebesar Rp 4.280.677.991,- x 2% = Rp 85.613.560,-. Dilihat dari kebijakan perusahaan bahwa nilai barang retur sebesar Rp 76.059.250,- terpenuhi oleh kebijakan perusahan karena kurang dari 2% biaya retur barang. Sedangkan total penanganan biaya retur dalam 1 tahun sebesar Rp 109.817.775,- ditambahkan dengan nilai barang retur sebesar Rp 76.059.250,- merupakan total biaya retur dalam 1 tahun yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 185.877.025,-. Ditinjau dari kebijakan perusahan yang menerangkan bahwa biaya retur sebesar 2% dari total penjualan dalam 1 tahun tidak mencukupi biaya retur sebenarnya. Perhitungaan saat ini yang dilakukan perusahaan dalam menangani biaya barang retur kurang dari 2%, dikarenakan biaya penanganannya tidak dicantumkan. Akan tetapi dimasukkan kedalam beban operasional perusahaan seharusnya biaya barang retur ini masuk kedalam beban retur. Pada perhitungan penelitian dihasilkan bahwa penanganan barang retur lebih dari 2% karena biaya penanganan barang retur dimasukkan kedalam perhitungan dan merupakan beban retur. Memperhatikan tahapan proses penanganan barang retur, maka upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan antara lain: meminimasi ongkos barang retur, mengatur pergerakan barang untuk mereduksi biaya retur, menerapkan sistem transportasi yang inovatif, pemilihan alat angkut, meningkatkan pengiriman atau meningkatkan persediaan barang jadi di gudang, mengubah konfigurasi pusat distribusi, mengubah kemasan dan menentukan sistem proses penanganan yang lebih baik. Diyakini melalui upaya-upaya tersebut dapat berupa berdampak pada penurunan biaya penanganan barang retur.
- ItemAnalisis Penanganan Produk (Obat) Retur Dengan Pendekatan Minimasi Total Biaya Retur(Studi Kasus di P.T. TROPICA MAS PHARMACEUTICALS)(Universitas Widyatama, 2005-11) Aryawan, Dewa Gede Oka W. P.Barang retur yang terjadi di P.T. TROPICA MAS PHARMACEUTICALS merupakan suatu masalah yang dihadapi perusahaan, dimana barang-barang retur yang dikembalikan oleh pihak distributor atau konsumen kepada perusahaan dinilai tinggi. Penelitian ini mengkaji masalah tentang bagaimana pengelolaan barang retur yang disebabkan oleh kerusakan produk, kadaluarsa, kesalahan pengiriman, trade-ins, dan alasan-alasan lainnya. Hal ini dilakukan untuk menekan dan mengurangi biaya barang retur yang dikembalikan oleh distributor atau konsumen sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan seminimal mungkin dan dapat digunakan oleh perusahaan di masa mendatang atau dialihkan ke bagian lain. Hasil penelitian menunjukan bahwa biaya retur dibandingkan dengan standar biaya retur barang yang diijinkan perusahaan, perusahaan mengeluarkan kebijakan bahwa biaya retur kurang dari 2% dari total penjualan pertahunnya. Perhitungan 2% dari total penjualan dalam 1 (satu) tahun yaitu sebesar Rp 4.280.677.991,- x 2% = Rp 85.613.560,-. Dilihat dari kebijakan perusahaan bahwa nilai barang retur sebesar Rp 76.059.250,- terpenuhi oleh kebijakan perusahan karena kurang dari 2% biaya retur barang. Sedangkan total penanganan biaya retur dalam 1 tahun sebesar Rp 109.817.775,- ditambahkan dengan nilai barang retur sebesar Rp 76.059.250,- merupakan total biaya retur dalam 1 tahun yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 185.877.025,-. Ditinjau dari kebijakan perusahan yang menerangkan bahwa biaya retur sebesar 2% dari total penjualan dalam 1 tahun tidak mencukupi biaya retur sebenarnya. Perhitungaan saat ini yang dilakukan perusahaan dalam menangani biaya barang retur kurang dari 2%, dikarenakan biaya penanganannya tidak dicantumkan. Akan tetapi dimasukkan kedalam beban operasional perusahaan seharusnya biaya barang retur ini masuk kedalam beban retur. Pada perhitungan penelitian dihasilkan bahwa penanganan barang retur lebih dari 2% karena biaya penanganan barang retur dimasukkan kedalam perhitungan dan merupakan beban retur. Memperhatikan tahapan proses penanganan barang retur, maka upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan antara lain: meminimasi ongkos barang retur, mengatur pergerakan barang untuk mereduksi biaya retur, menerapkan sistem transportasi yang inovatif, pemilihan alat angkut, meningkatkan pengiriman atau meningkatkan persediaan barang jadi di gudang, mengubah konfigurasi pusat distribusi, mengubah kemasan dan menentukan sistem proses penanganan yang lebih baik. Diyakini melalui upaya-upaya tersebut dapat berupa berdampak pada penurunan biaya penanganan barang retur.
- ItemModel Konseptual Perencanaan dan Pengendalian Sistem Penyimpanan Produk Komoditi Teh Dengan Menitikberatkan Pada Keseimbangan Aliran Barang di Gudang ( Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara VIII Sedep Pangalengan )(Universitas Widyatama, 2005-12) Tresnahadi, R.TedieSupply Chain Manajemen (SCM) adalah proses penggabungan proses â proses bisnis yang terjadi mulai dari end user sampai dengan supplier yang menyediakan produk, layanan dan informasi yang memberikan nilai tambah buat pelanggan dan semua orang yang terkait dengan bisnis yang dijalankan. Manajemen logistik merupakan aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan lokasi, fasilitas, transportasi, penyimpanan, komunikasi, pengurusan, dan pergudangan. Supply Chain Logistics adalah proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang dari para supplier, diantara fasilitas - fasilitas perusahaan dan kepada para pelanggan untuk mencapai integrasi yang berimbang dan memiliki nilai tambah (value added) dari seluruh komponen sistem logistik. Penyimpanan memiliki peran yang penting dalam supply chain management/logistics, diantaranya adalah sebagai pemberi value added, menjaga kestabilan proses â proses bisnis yang terkait sehingga tidak terjadi lost sales. Secara umum permasalahan yang terjadi dalam sistem penyimpanan untuk komoditi teh terutama di PT Perkebunan Nusantara VIII Sedep Pangalengan adalah perencanaan dan pengendalian. Hal tersebut dikarenakan terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah pasokan yang masuk ke penyimpanan dengan jumlah pengeluaran, dimana jumlah pasokan teh (hasil petik) dan proses produksi berlangsung terus â menerus sedangkan jumlah permintaan berfluktuatif. Akibatnya adalah kurang lancarnya proses aliran barang di penyimpanan dan terjadinya penumpukan di penyimpanan. Akibat lanjut terjadinya penumpukan di penyimpanan adalah meningkatnya biaya penyimpanan. Berdasarkan kondisi di atas, penulis mencoba untuk mengembangkan suatu model konseptual perencanaan dan pengendalian terhadap sistem penyimpanan untuk setiap proses yang terjadi dalam sistem penyimpanan yaitu proses barang masuk, pengemasan, penyimpanan dan barang keluar baik itu dari menambah proses bisnis yang baru ataupun mengurangi. Proses â proses yang terdapat dalam model konseptual perencanaan dan pengendalian yang dikembangkan oleh penulis diharapkan dapat minimal memperlancar proses aliran barang yang terdapat di penyimpanan akan tetapi hal tersebut harus didukung dengan pelaksanaan setiap proses bisnis yang terdapat dalam model dengan baik. Kata kunci : Supply Chain Manajemen, Supply Chain Logistics, Model Konseptual, Penyimpanan, Perencanaan, Pengendalian.
- ItemKajian Parsial Perspektif Learning and Growth dalam Balanced Scorecard di Departemen Produksi (Studi Kasus: PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.),(Universitas Widyatama, 2005-12) A. WildanPT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. merupakan perusahaan besar dan sudah dikenal di Indonesia. Perusahaan ini bergerak pada industri makanan dan minuman (food and baverage industry). Dengan melihat dari jangkauan wilayah produksi yang sangat luas, sudah tentu perusahaan ini memiliki strategi tersendiri dalam menjalankan bisnisnya. Terlepas dari kualitas strategi tersebut, adalah penting untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam menjalankan strateginya. Dengan demikian perusahaan ini membutuhkan seperangkat alat ukur yang dapat mengevaluasi dan mengontrol kinerja perusahaan baik secara skala besar (corporate) ataupun skala kecil (mini company). Hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan strategi yang akan diterapkan pada masa yang akan datang. Dalam kinerjanya perusahaan ini sangat terfokus pada Departemen Produksi, yang dalam kaitannya departemen ini sangat vital dengan departemen lainnya. Oleh karena itu, penelitian akan dipusatkan pada pengukuran kinerja di bagian Produksi (PPIC), dengan dimaksudkan lingkup penelitian memiliki skup lebih kecil (mini company). Dari latar belakang tersebut, maka penulis mencoba menerapkan metode Balanced Scorecard, sebagai salah satu metode yang sering dipergunakan untuk mengukur kinerja perusahaan sebagai acuan dalam menentukan strategi masa yang akan datang. Dalam metoda Balanced Scorecard, terdapat empat perspektif yang dijadikan alat pengukuran kinerja, yakni financial, customer, internal bussines process, dan learning and growth. Keempat perspektif ini memiliki kepentingan yang sama, yaitu sebagai unsur dari pembangunan Balanced Scorecard seutuhnya. Dalam implementasinya perspektif financial, customer, internal bussines process cenderung memiliki modal finansial sedangkan learning and growth lebih menitikberatkan pada human capital yang memiliki modal intelektual. Oleh karena itu, learning and growth menjadi enabler untuk mendapatkan hasil kinerja yang istimewa dari ketiga perspektif yang lain. Dengan penjelasan tersebut, maka penulis mencoba untuk meneliti lebih spesifik pada satu perspektif saja yakni perspektif learning and growth. Untuk membangun perspektif learning and growth maka dibutuhkan indikator-indikator yang memiliki keterkaitan dengan perspektif yang lain. Dari hasil survey, interview, dan quesioner, maka indikator yang dipilih adalah absenteeism, employees composition, turn over, promotion bases, training, professional assoc.membership. Dari hasil analisis dan pengolahan data, Departemen Produksi dengan fokus peninjauan pada perspektif learning and growth memiliki score 77.1 yang mengindikasikan masuk dalam kategori memuaskan, tetapi dilihat dari masing-masing indikator target yang ditetapkan rata-rata masih belum tercapai, oleh karena diperlukan inisiatif-inisiatif untuk mencapainya. Jadi hasil dari penelitian ini adalah indikator, scorecard, benchmark, action plan, dan simulasi yang dijadikan input kepada Departemen Produksi dalam mengambil langkah untuk menentukan strategi ke depannya. Kata kunci : Pengukuran Kinerja, Balanced Scorecard, financial, customer, internal bussines process, learning and growth, indikator, scorecard, benchmark, action plan, dan simulasi.
- ItemAnalisis Faktor-faktor Dominan Kualitas Pelayanan di Hotel Santika Bandung(Universitas Widyatama, 2006) Putra, Iqbal PratamaPersaingan bisnis dibidang jasa perhotelan semakin ketat. Persaingan yang ketat antar hotel tersebut menyebabkan masing-masing hotel berusaha memberikan pelayanan dan fasilitas semaksimal mungkin. Untuk dapat bertahan dan menang dalam persaingan tersebut, pelaku bisnis pun dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikannya. Hotel Santika Bandung sebagai suatu hotel yang menyediakan jasa penginapan, makanan, minuman, dan jasa lainnya, harus selalu memperhatikan tentang kualitasnya terutama kualitas dalam hal pelayanannya. Hal ini dilakukan agar para konsumen mendapatkan kepuasan terhadap kuallitas pelayanan yang dilakukan oleh Hotel Santika Bandung dan dengan kepuasan konsumen ini diharapkan dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas konsumen. Salah satu cara perusahaan jasa mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan yaitu dengan mengidentifikasi seberapa besar harapan pelanggan (costumer expectation), layanan yang diterima (perceived service ), dan kesenjangan dari keduannya (harapan dan persepsi pelanggan). Berdasarkan dimensi kualitas yang ada, yaitu tangibles, reliability, assurance, responsiveness, dan emphaty. Langkah awal penelitian ini adalah dengan menyebarkan kuesioner terhadap pelanggan Hotel Santika Bandung serta pengamatan dan wawancara terhadap pihak yang menjadi pesaing, sehingga iketahui seberapa besar harapan dan penilaian tamu terhadap pelayanan Hotel Santika Bandung. Selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisis faktor dengan bantuan software SPSS 11.00. Dari hasil perhitungan diperoleh 13 faktor yang mewakilli 39 variabel penelitian. Untuk menafsirkan variabel-variabel yang mewakilkan ke 13 faktor tersebut, maka setiap faktor harus diberi nama atau label faktor. Adapun landasan skornya berdasarkan nilai bobot faktor yang lebih besar dari 0,5 (>0,5) karena sampel lebih dari 100. Rata-rata konsumen pada penilaian konsumen terhadap 13 faktor yang ada, dapat dikatakan sudah baik, walaupun belum mencapai pada taraf memuaskan. Dengan kata lain pihak Hotel Santika Bandung harus terus meningkatkan kualitas pelayanan agar kepuasan pelanggan akan dicapai sepenuhnya dan loyalitas konsumen akan tinggi dalam menggunakan jasa hotel ini dan tidak akan menggunakan jasa hotel lain selain hotel Santika. Sedangkan faktor-faktor yang masih kurang memuaskan pelanggan dan perlu dilakukan peningkatan agar dapat terjadinya loyalitas pada pelanggan adalah faktor kualitas makanan dan minuman yang yang baik dan faktor pelayanan memberikan pelayanan yang sopan dan ramah
- ItemAnalisis Faktor-faktor Dominan Kualitas Pelayanan di Hotel Santika Bandung(Universitas Widyatama, 2006-03) Putra, Iqbal PratamaPersaingan bisnis dibidang jasa perhotelan semakin ketat. Persaingan yang ketat antar hotel tersebut menyebabkan masing-masing hotel berusaha memberikan pelayanan dan fasilitas semaksimal mungkin. Untuk dapat bertahan dan menang dalam persaingan tersebut, pelaku bisnis pun dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikannya. Hotel Santika Bandung sebagai suatu hotel yang menyediakan jasa penginapan, makanan, minuman, dan jasa lainnya, harus selalu memperhatikan tentang kualitasnya terutama kualitas dalam hal pelayanannya. Hal ini dilakukan agar para konsumen mendapatkan kepuasan terhadap kuallitas pelayanan yang dilakukan oleh Hotel Santika Bandung dan dengan kepuasan konsumen ini diharapkan dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas konsumen. Salah satu cara perusahaan jasa mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan yaitu dengan mengidentifikasi seberapa besar harapan pelanggan (costumer expectation), layanan yang diterima (perceived service ), dan kesenjangan dari keduannya (harapan dan persepsi pelanggan). Berdasarkan dimensi kualitas yang ada, yaitu tangibles, reliability, assurance, responsiveness, dan emphaty. Langkah awal penelitian ini adalah dengan menyebarkan kuesioner terhadap pelanggan Hotel Santika Bandung serta pengamatan dan wawancara terhadap pihak yang menjadi pesaing, sehingga iketahui seberapa besar harapan dan penilaian tamu terhadap pelayanan Hotel Santika Bandung. Selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisis faktor dengan bantuan software SPSS 11.00. Dari hasil perhitungan diperoleh 13 faktor yang mewakilli 39 variabel penelitian. Untuk menafsirkan variabel-variabel yang mewakilkan ke 13 faktor tersebut, maka setiap faktor harus diberi nama atau label faktor. Adapun landasan skornya berdasarkan nilai bobot faktor yang lebih besar dari 0,5 (>0,5) karena sampel lebih dari 100. Rata-rata konsumen pada penilaian konsumen terhadap 13 faktor yang ada, dapat dikatakan sudah baik, walaupun belum mencapai pada taraf memuaskan. Dengan kata lain pihak Hotel Santika Bandung harus terus meningkatkan kualitas pelayanan agar kepuasan pelanggan akan dicapai sepenuhnya dan loyalitas konsumen akan tinggi dalam menggunakan jasa hotel ini dan tidak akan menggunakan jasa hotel lain selain hotel Santika. Sedangkan faktor-faktor yang masih kurang memuaskan pelanggan dan perlu dilakukan peningkatan agar dapat terjadinya loyalitas pada pelanggan adalah faktor kualitas makanan dan minuman yang yang baik dan faktor pelayanan memberikan pelayanan yang sopan dan ramah.
- ItemAnalisis Model Penciptaan Nilai (Value Creation) Dengan Mempertimbangkan Perbaikan Proses Bisnis Untuk Meningkatkan Keunggulan Daya Saing Berkelanjutan Di Pos Express PT Pos Indonesia(Universitas Widyatama, 2006-12) ZamalludinDalam persaingan dunia usaha yang semakin tinggi saat ini, perusahaan harus dapat mengembangkan dan menciptakan nilai-nilai baru atau inovasi untuk dapat bertahan dalam persaingan, antara lain dengan menciptakan nilai melalui Perbaikan Proses Bisnisnya. Penciptaan Nilai adalah penambahan nilai baru terhadap kegiatan individu atau kelompok untuk menghasilkan produk/jasa yang lebih cepat, lebih tepat, lebih efisien, lebih bermutu, lebih responsif, dan lebih fleksibel. Sedangkan Proses Bisnis adalah cara yang lebih baik untuk mendeliver atau menyampaikan barang dan jasa kepada pelanggan. Proses bisnis dibagi menjadi empat dimensi, yaitu : Kompetensi Pegawai, Proses Kerja, Pemanfaatan Teknologi, dan Rumusan Strategi. Penelitian ini difokuskan pada dimensi Proses Bisnis sebagai faktor yang berpengaruh terhadap Penciptaan Nilai dan Keunggulan Daya Saing Berkelanjutan. Proses Bisnis mempengaruhi Penciptaan Nilai dan Keunggulan Daya Saing Berkelanjutan, kemudian Penciptaan Nilai mempengaruhi Keunggulan Daya Saing Berkelanjutan. Dalam penelitian ini sarana yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan responden adalah kuesioner. Responden yang menjadi objek penelitian ini adalah pegawai dan pelanggan (konsumen korporat) Pos Express PT Pos Indonesia. Pos Express merupakan salah satu produk unggulan dari PT Pos Indonesia yang sedang berkembang pesat dan sedang bersaing ketat dengan perusahaan sejenis. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Jalur yang digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh suatu variabel ataupun beberapa variabel terhadap variabel lainnya baik pengaruh yang sifatnya langsung atau tidak langsung. Dari hasil Analisis Jalur di dapat bahwa faktor yang paling dominan dalam dimensi Proses Bisnis adalah Proses Kerja dan Pemanfaatan Teknologi yang berkontribusi tinggi terhadap Penciptaan Nilai, sementara Kompetensi Pegawai dan Rumusan Strategi belum mempunyai berkontribusi terhadap Penciptaan Nilai yang berimplikasi terhadap Keunggulan Daya Saing Berkelanjutan di Pos Exprees PT Pos Indonesia.
- ItemAnalisis Faktor-Faktor Perbaikan Kualitas Jasa Transportasi Untuk Armada Bis Wisata Di Perusahaan Otobis Darma Sardia(Universitas Widyatama, 2008) Harianto, EkoDS Autobus Company was established in 1952. In the beginning, the company was not running bus as it main business but it was managing trucks transportation services. In 1970, this company started to run bus business. DS Autobus Company was established by H. Basar Darma Sadia. The company headquarter is at Jl. Sindanglaya, Bandung. The problem which investigated is how far the costumer satisfaction level from service quality of the company. This research has been prepared to help the company improving its service quality. Suggestion for improvement can be done when customer’s perception and expectation known. One of the factors that determine customer satisfaction is service quality that composed of five dimensions. Model of analysis that used in this research is SERVQUAL. This model can investigate perceptions and expectations of customers based on five service dimensions and identify five gaps that cause low quality. Gaps mean unsuitable conditions between perceived service and expected service. From data analyzing and processing can be concluded that costumers expect to get the best service, expectation level that expected by costumers that almost fulfill by the company is about the rent price, from tangible dimension that got lowest score is feet space between chairs. Service quality priority that expected to improve based on ZOT level are feet space between chairs, bus isle width, reclining seat, and bus’ crew performance.
- ItemOptimasi Pengendalian Persediaan Suku Cadang Kritis Bis Berdasarkan Laju Kerusakan Tidak Konstan Di Perusahaan Otobis Darma Sardia(Universitas Widyatama, 2008) Sagala, Leo Tombus-
- ItemOptimasi Pengendalian Persediaan Suku Cadang Kritis Bis Berdasarkan Laju Kerusakan Tidak Konstan Di Perusahaan Otobis Darma Sardia(Universitas Widyatama, 2008) Sagala, Leo Tombus-
- ItemUsulan Perancangan Layout Gudang Dengan Kriteria Minimasi Jarak Tempuh Proses Pengambilan Barang (Studi Kasus Di PT Matahari Sentosa Jaya)(Universitas Widyatama, 2008) Harsono, Michael StevanusSebagai sebuah fasilitas fisik yang dibangun, gudang mempunyai fungsi pokok penerimaan, penyimpanan, maupun pengiriman. Gudang merupakan faktor pendukung terhadap proses produksi, sehingga cara pengambilan material yang lancar tanpa hambatan atau masalah dalam pengambilan dapat berpengaruh terhadap produksi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah penyimpanan bahan baku berdasarkan bahan yang sering dibutuhkan atau diminta dengan kriteria jarak tempuh pemindahan barang (slow moving dan fast moving). Penelitian bertujuan untuk menganalisis layout gudang di PT Matahari Sentosa Jaya dan merancang usulan alternatif perbaikannya. Analisis layout gudang dilakukan dengan kriteria minimasi jarak tempuh proses pengambilan barang. Dalam menentukan rancangan layout gudang, dilakukan pengelompokan barang menjadi slow moving dan fast moving. Pengelompokan ini digunakan untuk kemudahan operator, waktu dan jarak tempuh yang dekat dalam pengambilan barang. Penelitian menghasilkan dua alternatif rancangan layout. Pada alternatif 1 dengan jarak tempuh terpendek, diperoleh jarak tempuh total sebesar 418.176 m/ 4 bulan. Dengan hasil ini, jarak tempuh menjadi lebih pendek sebesar 6,72 % dibandingkan layout sebelumnya. Hal ini dapat berpengaruh terhadap aspek biaya bahan bakar, waktu, dan kemudahan pengambilan barang.
- ItemOptimasi Peremajaan Kendaraan Dengan Mempertimbangkan Biaya Pemeliharaan Di PO Darma Sardia(Universitas Widyatama, 2008) GiyatnoPerusahaan Otobis Darma Sardia (PO DS) adalah perusahaan yang bergerak di bidang transportasi umum. Saat ini PO DS mempunyai beban biaya pemeliharaan yang cukup tinggi berkaitan dengan kebijakan peremajaan yang saat ini ditempuh. Hal ini disebabkan karena peremajaan yang dilakukan oleh PO DS dilakukan diwaktu yang kurang tepat, karena peremajaan cenderung dilakukan pada saat bis sudah terlalu tua. Permasalahan yang terjadi di PO DS adalah peremajaan yang dilakukan belum memperhitungkan waktu terbaik, kapan peremajaan itu akan dilakukan. Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah untuk menentukan waktu terbaik melaksanakan peremajaan kendaraan berdasarkan biaya pemeliharaan. Penelitian disini mengunakan model peremajaan yang dikembangkan oleh Ginting yaitu model peremajaan yang memperhitungkan biaya pemeliharaan kendaraan, biaya penggantian kendaraan, biaya pengadaan kendaraan baru, dan nilai sisa kendaraan. Dari hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh bahwa data jarak tempuh saat peremajaan yaitu 1.460.160 km. Jarak trayek Bandung-Cirebon yaitu sejauh 180 km. Sebuah bis dapat melakukan sebanyak 8.112 kali perjalanan, apabila dihitung dalam satu kali rit atau satu kali perjalanan pergi dan satu kali perjalanan pulang, maka sebuah bis dapat melakukan sebanyak 4.056 rit perjalanan. PO DS menetapkan 2 rit perjalanan per hari sehingga untuk 4.056 rit perjalanan. Hal ini berarti sebuah bis melakukan 2.028 hari perjalanan sampai bis tersebut diremajakan, atau sebuah bis akan diremajakan setelah berumur 7 tahun 6 bulan.
- ItemRekayasa Perangkat Lunak Penajuan dan Bimbingan KP dan TA Secara On-line di Universitas Widyatama (Studi Kasus Fakultas Teknik Informatika)(Universitas Widyatama, 2008-08) Kurniawan, DarajatSistem Informasi Akademik yang dapat menyajikan informasi secara cepat dan akurat harus didukung oleh sistem database yang terintegrasi dan Teknologi informasi berbasis web. Untuk menangani pengelolaan dan penyajian data-data seperti : proses pengelolaan KP dan TA, pendaftaran wisuda secara Online untuk jurusan dan mahasiswa Fakultas Teknik Informatika di Universitas Widyatama. Aplikasi Rekayasa Perangkat Lunak Registrasi dan Bimbingan Online Universitas Widyatama ini dibangun untuk mengefektifkan dan mengefesienkan proses registrasi maupun bimbingan dengan mudah. Untuk mendukung hal ini maka digunakan teknologi web sebagai medianya. Web sebagai teknologi yang menawarkan kemudahan akses bagi pemakainya memanfaatkan jaringan komputer sebagai perantaranya sehingga kita dapat diambil keuntungan dari teknologi web ini. Metode yang digunakan untuk analisis dan perancangan sistem adalah metode Data Flow Oriented dengan memakai tool Data Flow Diagram (DFD). Perancangan basis data menggunakan model relasi dengan memanfaatkan tool Entity Relationship Diagram (ER Diagram) dan sistem diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP 5.0.0 dan MySQL Server versi 5.0.10a-beta-nt 5.0 sebagai database, tools yang digunakan untuk membangun Web Site aku gunakan Macromedia Dreamweaver MX 2000 dan phpMyAdmin 2.6.0-beta2. Kata kunci : Bimbingan Online