Industrial Engineering - Bachelor
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Industrial Engineering - Bachelor by Author "Akbar, Faisal"
Now showing 1 - 1 of 1
Results Per Page
Sort Options
- ItemPENANGANAN RISIKO PROSES PRODUKSI DAN PENGECORAN BETON MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) (Studi Kasus Pada PT Trimitz Sinergy Mandala)(Universitas Widyatama, 2018) Akbar, FaisalPT Trimitz Sinergy Mandala (TSM) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur. Perusahaan ini memproduksi ready mix dan proses pengecorannya. Proses produksi dan pengecoran yang dilakukan perusahaan dinilai masih belum optimal karena perusahaan masih sering menerima form komplain dari konsumen mengenai masalah retak nya hasil beton. Dari wawancara dan data yang di dapat pada perusahaan, beberapa penyebab yang menjadikan cacat retak pada beton adalah kualitas material yang tidak sesuai, pekerjaan yang tidak sesuai dengan prosedur, lingkungan yang tidak mendukung dan kegiatan pengerjaan proses lain yang masih terdapat kesalahan dalam pelaksanaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari permasalahan, indikasi risiko akan terjadinya, dan solusi pemecahan dari permasalahan tersebut agar mampu meminimalisir kecacatan produk beton berupa retak struktural maupun non struktural. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengetahui risiko, tingkatan risiko dan penanganan risiko menggunakan metode wawancara dan kuisioner pada expert judgment serta operator, Fishbone Diagram dan Failure Mode And Effect Analysis (FMEA). Fishbone diagram dibuat untuk mengetahui penyebab potensial kegagalan pada proses dan hasilnya di bentuk kedalam tabel FMEA untuk mencari nilai severity, occurance, detection dan RPN nya. Dari hasil mode dan effect dibuat kuisioner yang bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap setiap jenis risiko. Hasil kuisioner diolah untuk mengetahui Risk Priority Number ( RPN) yang ada pada proses produksi dan pengecoran yang menunjukan tingkat tingginya resiko dan prioritas penyelesaian nya. Kemudian dari risiko tertinggi inilah yang akan dipecahkan akar permasalahannya. Risiko dari proses produksi dan pengecoran berdasarkan urutan tertinggi hasil RPN adalah metoda rancangan campuran beton dengan nilai RPN tertinggi yaitu 280, Proses pemadatan cor beton dengan nilai RPN 210, proses pembuatan bekisting dengan nilai RPN 210 kualitas bahan baku dengan milai RPN 140, proses penuangan cor beton dengan nilai RPN 140, dan cuaca yang tidak mendukung dengan nilai RPN 140. Hasil FMEA dan usulan perbaikan untuk risiko yang ada pada proses produksi dan pengecoran diharapkan akan menurunkan tingkat kegagalan hasil cor beton secara signifikan.