Kepedulian Kaum Intelektual terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Masyarakat Yang Berorientasi pada Pendidikan

dc.contributor.authorKoes Soedijati, Elisabeth
dc.date.accessioned2008-02-29T03:11:45Z
dc.date.accessioned2019-10-21T12:30:56Z
dc.date.available2008-02-29T03:11:45Z
dc.date.available2019-10-21T12:30:56Z
dc.date.issued2007-11
dc.description.abstractHampir tidak ada yang membantah bahwa pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa depan suatu bangsa. Jika dunia pendidikan suatu bangsa sudah jeblok, maka kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu, sebab pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan jati diri manusia suatu bangsa. Karena itu, setiap bangsa yang ingin maju, maka pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi prioritas utarna (http://opini.wordpress.com). Bagaimana di Indonesia? Hampir tidak ada yang membantah bahwa kualitas pendidikan di Indonesia saat sekarang ini belumlah terlalu bagus, bahkan sedikit lebih ekstrim kita dapat menyebut kualitas kita rendah dan memprihatinkan. Keberadaan atau posisi kita jauh di bawah negara-negara lain. Hal itu terlihat dari angka Human Development Indeks (HDI) yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga internasional, yang menunjukkan bahwa posisi kualitas sumber daya manusia Indonesia sangatlah rendah. Kemudian, pada saat yang sama kerniskinan di negeri ini sungguh fantastis yaitu 37,l juta atau16,58% (BPS, Maret 2007). Sangat besar dan mengkhawatirkan. Kita semua paham bahwa kemiskinan di Indonesia saat ini setara dengan kondisi 15 tahun yang lalu. Tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia masih paling tinggi di antara negara-negara ASEAN. Demikian pula dalam indeks pembangunan manusia HDI, Indonesia masih menempati peringkat 11 1 dari 175 negara di dunia. Posisi ini jauh di bawah negara tetangga Malaysia (76) dan Philipina (98). Beberapa waktu yang lalu Bank Dunia juga mengeluarkan data terbaru perihal kemiskinan kita. Banyak pihak terkejut dengan pemyataan ini. Tak dapat dibayangkan, sesuai data Bank Dunia, lebih dari 110 juta jiwa penduduk Indonesia tergolong rniskin atau setara dengan 53,4% dari total penduduk. Dalam ukuran yang lebih mikro lagi, jumlah ketidaklulusan siswa SLTP dan SMU tahun 2006 kemarin, tergolong tinggi. Bahkan di beberapa sekolah ada yang tingkat kelulusannya no1 persen. Suatu realitas yang sangat memalukan. Padahal, standar kelulusan yang ditetapkan Depdiknas tidak terbilang tinggi. Perguruan tinggi yang tidak bermutu mencetak pengangguran, bahkan yang kalah bersaing mulai gulung tikar (ditutup). Persoalannya, bagaimanakah masa depan bangsa ini? Atau bagaimana kualitas SDM kita? Harus diakui bahwa persoalan kualitas sumber daya manusia (SDM) memang berkaitan erat dengan mutu pendidikan. Sementara mutu pendidikan sendiri masih dipengaruhi oleh banyak ha1 dan sangat kompleks. Misalnya, bagaimana kualitas clan penyebaran guru, ketersediaan sarana dan prasarana, sistem pendidikan, dan lain-lain. Hal ini sering kita sebut dengan istilah faktor utarna. Salah satu ha1 yang menjadi sangat penting untuk mengatasi hal tersebut adalah peran kaum intelektual. Melalui pemberdayaan masyarakat para intelektual dapat ikut berpartisipasi dalam meningkatkan pendidikan warga Indonesia yang selanjutnya diharapkan dapat mengurangi jurnlah kemiskinan.en_US
dc.identifier.urihttp://repository.widyatama.ac.id/handle/123456789/525
dc.language.isootheren_US
dc.publisherUniversitas Widyatamaen_US
dc.subjectPendidikanen_US
dc.titleKepedulian Kaum Intelektual terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Masyarakat Yang Berorientasi pada Pendidikanen_US
dc.typeOtheren_US
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
p004.pdf
Size:
6.15 MB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
1.73 KB
Format:
Plain Text
Description: