Browsing by Author "Koes Soedijati, Elisabeth"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- ItemKepedulian Kaum Intelektual terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Masyarakat Yang Berorientasi pada Pendidikan(Universitas Widyatama, 2007-11) Koes Soedijati, ElisabethHampir tidak ada yang membantah bahwa pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa depan suatu bangsa. Jika dunia pendidikan suatu bangsa sudah jeblok, maka kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu, sebab pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan jati diri manusia suatu bangsa. Karena itu, setiap bangsa yang ingin maju, maka pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi prioritas utarna (http://opini.wordpress.com). Bagaimana di Indonesia? Hampir tidak ada yang membantah bahwa kualitas pendidikan di Indonesia saat sekarang ini belumlah terlalu bagus, bahkan sedikit lebih ekstrim kita dapat menyebut kualitas kita rendah dan memprihatinkan. Keberadaan atau posisi kita jauh di bawah negara-negara lain. Hal itu terlihat dari angka Human Development Indeks (HDI) yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga internasional, yang menunjukkan bahwa posisi kualitas sumber daya manusia Indonesia sangatlah rendah. Kemudian, pada saat yang sama kerniskinan di negeri ini sungguh fantastis yaitu 37,l juta atau16,58% (BPS, Maret 2007). Sangat besar dan mengkhawatirkan. Kita semua paham bahwa kemiskinan di Indonesia saat ini setara dengan kondisi 15 tahun yang lalu. Tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia masih paling tinggi di antara negara-negara ASEAN. Demikian pula dalam indeks pembangunan manusia HDI, Indonesia masih menempati peringkat 11 1 dari 175 negara di dunia. Posisi ini jauh di bawah negara tetangga Malaysia (76) dan Philipina (98). Beberapa waktu yang lalu Bank Dunia juga mengeluarkan data terbaru perihal kemiskinan kita. Banyak pihak terkejut dengan pemyataan ini. Tak dapat dibayangkan, sesuai data Bank Dunia, lebih dari 110 juta jiwa penduduk Indonesia tergolong rniskin atau setara dengan 53,4% dari total penduduk. Dalam ukuran yang lebih mikro lagi, jumlah ketidaklulusan siswa SLTP dan SMU tahun 2006 kemarin, tergolong tinggi. Bahkan di beberapa sekolah ada yang tingkat kelulusannya no1 persen. Suatu realitas yang sangat memalukan. Padahal, standar kelulusan yang ditetapkan Depdiknas tidak terbilang tinggi. Perguruan tinggi yang tidak bermutu mencetak pengangguran, bahkan yang kalah bersaing mulai gulung tikar (ditutup). Persoalannya, bagaimanakah masa depan bangsa ini? Atau bagaimana kualitas SDM kita? Harus diakui bahwa persoalan kualitas sumber daya manusia (SDM) memang berkaitan erat dengan mutu pendidikan. Sementara mutu pendidikan sendiri masih dipengaruhi oleh banyak ha1 dan sangat kompleks. Misalnya, bagaimana kualitas clan penyebaran guru, ketersediaan sarana dan prasarana, sistem pendidikan, dan lain-lain. Hal ini sering kita sebut dengan istilah faktor utarna. Salah satu ha1 yang menjadi sangat penting untuk mengatasi hal tersebut adalah peran kaum intelektual. Melalui pemberdayaan masyarakat para intelektual dapat ikut berpartisipasi dalam meningkatkan pendidikan warga Indonesia yang selanjutnya diharapkan dapat mengurangi jurnlah kemiskinan.
- ItemSolidaritas Dan Masalah Sosial Kelompok Waria (tinjauan tentang sosiologis dunia sosial kaum waria di Kotamadya Bandung)(Universitas Widyatama, 1995-03) Koes Soedijati, ElisabethThis research is constructed on the solidarity and social problem "waria"'s group in Bandung municipality. The term "waria" which means male woman, in one individual, illustrates the condition of a person as if having both female and male personality. The purpose of this research is to study how far solidarity and problem social "waria"'s group take place and what development is carried out by the Social Service. This study also tries to understand what "waria" really is and why it is so. The method used in this research is descriptive and analytic with qualitative approach by way of limited participating observation and orientated interview of 39 persons waria. The research result justifies that a "waria" possesses a male physical structure but an innate female psyche; they can be divided into two groups namely (1) intersexuals with male sexual organs but having female hormone; and transsexuals having male physical structure but female psyche. Besides that, results of investigation strengthen the opinion of sex deviation scientists that the "waria" have a strong sexual desire towards men; to satisfy that desire many of them go "down street", having steady sexual intercourse with their "boy-friend" and some even pay men they desire and who are willing to serve them. Lack of conformity between physical structure and psyche causes deviant behavior as mentionied above; and this deviant behavior arouses social problems. Although they form a minority group their condition makes it easy for them to contact each other and to form a compact organization. Their situation enables them to have effective interactions which strenghen their solidarity towards each other.