PENINGKATAN KUALITAS RANGKA BADAN PESAWAT NC212i DENGAN METODE FIVE WHYS ANALYSIS DAN FAILURE MODE & EFFECT ANALYSIS (FMEA) (Studi kasus di Departemen Component and Assembly NC212 and Spirit Aerosystem, PT Dirgantara Indonesia)

Loading...
Thumbnail Image
Date
2019
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Program Studi Teknik Industri S1 Fakultas Teknik Universitas Widyatama
Abstract
PT. Dirgantara Indonesia adalah industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya di Indonesia. PT Dirgantara Indonesia tidak hanya memproduksi berbagai pesawat tetapi juga helikopter, senjata, menyediakan pelatihan dan jasa pemeliharaan untuk mesin-mesin pesawat. Kegiatan penelitian yang dilakukan di Departemen Quality Inspection for Component and Assembly diantaranya melakukan pengawasan dan pemeriksaan tentang kualitas hasil produksi. Masalah yang ditemui selama melakukan penelitian adalah tingginya angka ketidaksesuaian pada proses pembuatan fuselage pesawat NC212i. Angka ketidaksesuaian rata-rata pada pada tahun 2018 berada pada angka 1,661 sedangkan angka yang ditargetkan perusahaan adalah 1,60. Tingginya angka ketidaksesuaian dapat menurunkan kualitas produk, menambah biaya produksi dan menghambat proses produksi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis kegagalan pada proses pembuatan fuselage pesawat NC212i dan mencari akar penyebab dari kegagalan tersebut menggunakan metode Five Whys Analysis. Suatu tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan jika masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Metode Five Whys Analysis merupakan suatu metode yang digunakan untuk mencari root cause dari sebuah kegagalan atau defect pada suatu produk. Root cause hasil dari Metode Five Whys Analysis menjadi input pada failure cause untuk Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). FMEA merupakan metode yang digunakan untuk tindakan perbaikan dengan memproritaskan masalah berdasarkan hasil Risk Priority Number (RPN) yang terbesar berdasarkan tingkat keparahan, frekuensi kejadian dan deteksi. Hasil penelitian ini terdapat 8 jenis kegagalan yaitu crack, toolmark, incorrect cutting, incorrect setting, mismatch hole, oversize hole, extra hole dan short edge margin. Hasil dari metode Five Whys Analysis diperoleh akar penyebab defect yang paling dominan yaitu kurangnya kesadaran operator tentang pentingnya membaca perintah kerja dan melihat drawing sheet sebelum bekerja. Hasil perhitungan nilai RPN menggunakan metode FMEA didapatkan 3 nilai tertinggi yaitu crack, toolmark dan incorrect cutting. Kesimpulan penelitian ini menghasilkan usulan perbaikan yang direkomendasikan yaitu melakukan evaluasi ulang terhadap perintah kerja dan drawing sheet yang ada, evaluasi ulang dan pembuatan label kalibrasi pada alat kerja yang digunakan, dan pemberian pelatihan dan pembekalan ilmu untuk operator baru.
Description
Keywords
Failure Mode and Effect Analysis, Five Whys Analysis, Ketidaksesuaian, Failure Mode and Effect Analysis, Five Whys Analysis, Nonconformity
Citation